Bluepoin.com – Buat kamu yang baru saja terjun di dunia investasi, kamu mungkin merasa asing dengan istilah PBV. PBV ( Price To Book Value) yang merupakan salah satu matrik yang sering dimanfaatkan untuk mengetahui apakah saham yang dibeli tergolong murah atau mahal. PBV sendiri merupakan salah satu indikator dari bagian analisis fundamental dalam rasio keuangan. Artikel ini akan mengulas pengertian PBV dalam saham dan bagaimana cara menghitung PBV. Simak penjelasan berikut selengkapnya.
Pengertian PBV (Price To Book Value).
Price to Book Value (PBV) adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio keuangan ini umum dipakai investor ketika menganalisis harga suatu saham untuk melihat apakah harga saham saat ini sedang dijual murah atau mahal.
Cara menemukan PBV adalah dengan membagi harga saham saat ini dengan nilai buku per lembar saham (book value per share) perusahaan. Book value per share (BV) sendiri diperoleh dengan cara membagi nilai ekuitas perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar.
Secara matematis rumus untuk PBV dan BV dituliskan secara berikut:
Contoh Perhitungan PBV
Supaya lebih paham dengan cara menghitung PBV, berikut kami berikan ilustrasi contoh perhitungan PBV pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Berdasarkan laporan keuangan tahunan BBRI tahun 2022, diperoleh data sebagai berikut:
- Nilai ekuitas = Rp296,58 triliun
- Harga saham per lembar = Rp 4.890 (per 21 Desember 2022)
- Jumlah saham beredar = 151,56 miliar
Nah, dengan menggunakan rumus sebelumnya:
Book Value per share (BV) -> Rp296,58 triliun/ 151,56 miliar = Rp1.956,84
Price to Book Value (PBV) -> Rp4.890 / Rp1.956,84 = 2,49
Maka, diperoleh nilai Price to Book Value (PBV) BBRI sebesar 2,49x. Angka ini mungkin bagi sebagian investor saham dirasa terlalu mahal.
Akan tetapi, jika kita coba membandingkannya dengan rata-rata PBV industri perbankan saat ini, yaitu diatas 2x lalu juga mempertimbangkan kinerja positif Bank BRI selama ini yang terus bisa membukukan laba bersih dengan stabil, maka PBV 2,49 di atas barangkali adalah hal wajar untuk saham BBRI.
Semua tergantung dari sudut pandang yang dipakai investor ketika menilai saham BBRI tersebut. Oleh karena itu, agar hasil analisis harga saham kamu lebih akurat, sebaiknya jangan hanya mengandalkan metode perhitungan PBV saja, tetapi juga bisa mengkombinasikannya dengan metode valuasi saham yang lain seperti rasio PER (Price to Earnings), PEG (Price Earnings Growth), dan lain sebagainya.
Jika ditanya mengenai nilai yang bagus, maka patokannya ada dibawah angka 1 (Bukan minus). Jika rasio PBV dibawah 1, maka artinya harga saham lebih rendah dari nilai perusahaan sesungguhnya. Sedangkan jika rasio lebih besar dari 1, maka harga relatif mahal. Semakin tinggi PBV, maka nilai pasar saham semakin tinggi dibandingkan nilai bukunya.
Namun, tentunya terdapat faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan, diantaranya: Rata-rata nilai pada sektor bersangkutan. Jika nilai PBV perusahaan lebih rendah dari rata-rata nilai PBV perusahaan lain di sektornya, maka perusahaan cukup potensial.
Sejarah nilai PBV perusahaan. Jika nilai PBV perusahaan sempat mencapai angka yang tinggi dan stabil dalam kurun waktu cukup lama, namun mengalami penurunan, bisa jadi saham perusahaan tersebut undervalued dan layak untuk kamu pertimbangkan.
Itulah penjelasan lengkap mengenai pengertian PBV, rumus, hingga cara menghitungnya. Kalo kalian ada yang kurang paham seputar menghitung PBV Saham, silakan bertanya di kolom komentar ya, atau kalian bisa bertanya di grup Telegram kami di link Berikut